Friday 18 July 2008

The Power of Smile

Panji memasuki ruangan kantor dengan bersenandung riang, “Senyuman dari hati jatuh ke hati.” Pengagum jenis musik acapela itu sedang melantunkan lagu kelompok favoritnya. Kontan saja sikapnya mendapatkan respon dari rekan kerjanya.

“Wah ada yang lagi happy, nih!” sambut Antin. “Nyanyi lagu apa, sih?”
“Judulnya Senyum, dari kelompok Raihan”
“Wah, jadi ingat! Kemarin saya membaca artikel Pelayanan Sepenuh Hati. Menurut Dr. Patricia Patton, senyum merupakan salah satu bagian paling krusial dalam pelayanan,” lanjut Antin.
“O, iya? Bagaimana penjelasannya?” tanya Panji.
“Begini. Nilai sejati dari sebuah pelayanan terletak pada kesungguhan sikap 4 P, yaitu Passionate, Progressive, Proactive, dan Positive dari orang-orang yang bertanggung-jawab memberikan pelayanan tersebut,” jelas Antin. “Dan cara terampuh dan berpengaruh dalam bersikap positif adalah dengan tersenyum. Karena senyum merupakan bahasa positif yang universal, dipahami oleh semua orang.”

Inilah kekuatan senyum. Tidak mengherankan, saat ini berbondong-bondong perusahaan melancarkan program senyum. Di meja teller Bank Mandiri terpampang nama petugas dan di belakang papan nama itu tertera kata singkat “senyum”. Indosat pula mencanangkan pekan senyum, bahkan sampai menjanjikan hadiah kepada petugas yang paling baik dalam men-deliver senyum dan pelayanan. Frontier juga membuat terobosan Senyum Pelanggan Indonesia.

Tak ayal lagi, senyum memang sesuatu yang hebat dan dahsyat. Ia memoles penampilan fisik seseorang, di mana orang itu akan tampak lebih menawan dan lebih menyejukkan. Percaya atau tidak, jantung pun akan berdetak normal. Begitu pula dengan peredaran darah. Ujung-ujungnya, senyum men-trigger seseorang untuk lebih lega, lebih ceria, dan jauh dari stres, sehingga membuatnya kelihatan lebih awet muda.

Menurut pendapat para dokter, untuk tersenyum hanya dibutuhkan 17 tarikan otot wajah. Sementara orang yang suka marah, suka cemberut, atau suka mengomel membutuhkan 32 tarikan otot wajah. Pantaslah mereka akan kelihatan lebih tua.

Di samping itu, mereka yang murah senyum juga akan menikmati pergaulan yang menyenangkan. Di antara mereka, akan menyeruak kehangatan, keakraban, kesegaran bahkan semangat. Kita sendiri akan merasa enjoy jika memasuki sebuah instansi yang sarat wajah-wajah yang tersenyum. Sebaliknya, kita tidak akan merasa sreg jika berada di suatu tempat yang penuh dengan wajah-wajah yang suram apalagi cemberut.

Amatilah orang sakit. Apabila sesampai di rumah sakit ia disambut dengan senyum dokter dan perawat, maka sebagian penyakitnya akan sembuh sebelum diobati. Terus, bagaimana kalau yang sebaliknya yang berlaku? Tentulah, sakitnya akan menjadi-jadi.

Lebih dari itu, senyum ternyata dapat meluluhkan emosi seseorang. Bila kita berhadapan dengan pelanggan yang tengah marah, hadapilah dengan senyum. Setulus mungkin, setenang mungkin! Yang pasti, senyum semacam ini akan meredam amarahnya. Ketahuilah, lebih dari sepertiga masalah akan selesai dengan senyum.

Namun demikian, senyum mesti dibungkus dengan ketulusan. Karena menurut pakar kepribadian dan kecantikan Martha Tilaar, tanpa ketulusan alias kepura-puraan, senyum tidak akan membawa makna apa-apa. Akan tetapi, jangan pula sampai kebablasan! Sebabnya, senyum bisa mengundang kontroversi jikalau tidak ‘kena’ dengan situasi serta kondisinya. Salah-salah, akan dianggap tidak bisa serius atau tidak bisa berempati. Mungkin juga dianggap menyeringai atau mengejek.

Begitulah, smile is power. Disadari atau tidak, ia dapat membersitkan sesuatu yang amat berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Layaknya cinta dan semangat, senyum pun akan membuat hidup ‘lebih hidup’. Vice versa, tanpanya hidup juga akan ‘kehilangan nyawa’.[]

No comments: