Monday 10 November 2008

Taman Baca Cakrawala


Seorang siswi kelas 2 sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Pekalongan menemui saya usai seminar yang diselenggarakan di sekolahnya itu. Gadis itu menyampaikan keinginannya untuk memiliki usaha yang bisa ia jalankan sambil sekolah.

Hampir satu jam kami berbicara. Ia menceritakan banyak hal tentang kondisi keluarganya, sekolah dan keinginannya untuk memiliki penghasilan tambahan agar bisa membantu orangtuanya. Ia ingin melakukan usaha apa saja yang penting bisa dilakukan sambil sekolah. Ia juga menyatakan sangat tertarik dengan dunia tulis-menulis seperti yang saya singung dalam seminar tersebut. Gadis yang akhirnya saya ketahui bernama Ziah itu mengatakan kalau punya hobi membaca buku, meskipun tidak memiliki banyak buku.

Setelah berbicara cukup lama, akhirnya diskusi itu kami tutup dengan kesimpulan, ia akan memulai dengan sewa-menyewakan buku, atau semacam perpusatakkan keliling. Caranya, buku-buku itu akan dibawa ke sekolah dan ditawarkan ke teman-teman, guru dan orang lain yang mau meminjam. Setiap buku dikenakan uang sewa antar 500-2000 rupiah tergantung tebal-tipisnya buku. Modalnya dari mana? Uang tabungan yang Ziah miliki sebesar Rp.40.000,- itu akan digunakan untuk membeli beberapa buku novel remaja. Saat itu kebetulan ada pameran buku di kota kami.

Berikutnya uang tersebut bisa digunakan untuk membeli 4 buah buku. Setelah ditawarkan ke teman-temannya ternyata mereka sangat berminat. Seminggu kemudian ia bisa membeli sebuah buku lagi, dua meninggu selanjutnya ia beli 2 buku, minggu berikutnya ia beli 3 buku dan begitu seterusnya. Sampai bulan ke 4 ia sudah memiliki puluhan buku. Dia juga menerima sumbangan buku-buku dari simpatisan dan konsumen peminjam bukunya.

Ziah (kemudian menjalankan usahanya bersama sahabtnya Mila) bisa mengumpulkan uang sewa sampai Rp.60.000,- setiap bulannya. Selain untuk membeli buku lagi, sebagiannya ia gunakan untuk menambah uang saku atau memenuhi kebutuhan sekolahnya. Ia punya obsesi untuk mendirikan sebuah taman baca yang ia beri nama 'Taman Baca Cakrawala'.
Sebuah rumah tua di sudut kota sedang dipersiapkan untuk dijadikan taman bacaan tersebut. Menurutnya dalam 1-2 bulan ke depan sambil mencari-cari tambahan buku-buku ia akan me-launching taman baca tersebut. Sebuah usaha mulia yang patut kita dukung.

Membaca masih belum menjadi budaya bagi masyarakat kita. Realitas budaya baca di Indonesia yang masih kelabu ini, hendaknya menggugah dan memacu setiap lembaga pendidikan dan perpustakaan dengan segenap stake holder – termasuk media massa dan para pencinta bacaan – untuk secara sukarela berpartisipasi, bahkan proaktif memberikan sumbangsih mereka demi menumbuh kembangkan minat baca masyarakat.

Rendahnya minat baca masyarakat secara nasional disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari rendahnya produktivitas pengarang buku, minimnya penerbit yang mampu memproduksi buku-buku bermutu, kecilnya honorarium pengarang buku, sampai ke mahalnya harga buku.
Catatan dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menyebutkan, selain masalah kualitas buku, dari segi produktivitas pengarang umum di luar buku pelajaran saja, sudah menurun drastis sejak 5 tahun terakhir. Tahun 1999, para pengarang kita mampu memproduksi 9.000 judul buku, kini cuma sekitar 6.000 judul buku setiap tahun. Bandingkan dengan Malaysia (lebih 15.000 judul buku), Jepang (60.000 judul) dan Inggris (110.155 judul) setiap tahun.

Rendahnya minat baca di negara kita pada dasarnya lebih disebabkan faktor internal dibanding faktor eksternal dari tiap individu warga masyarakat. Faktor eksternal (harga buku, mutu buku, lingkungan keluarga, dan sebagainya) jelas berpengaruh, tetapi pengaruh faktor internal lebih dominan. Faktor internal tersebut ialah masih rendahnya motivasi bangsa ini dalam membaca.

Padahal selain merupakan sumber inspirasi, menambah wawasan, menjadi sarana belajar otodidak, membaca juga bagian dari ibadah. Bukankah Allah yang memerintahkan langsung kepada kita untuk gemar membaca? Sehingga ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah adalah perinta membaca.

Para tokoh seperti Bung Karno, Bung Hatta, Hamka dan yang sekaliber dengan mereka lainnya, tak diragukan lagi komitmennya dalam mencintai dunia bacaan. Tak heran, dalam Bung Karno antusias berwasiat kepada generasi muda kita : “Pemuda harus membaca dan terus membaca. “Filosof Prancis, Ralp Waldo Emerson, dengan tegas menyatakan : Mereka yang banyak membaca adalah mereka yang menemukan sukses dan bahagia.”

Oleh karena itu marilah kita -terutama para orang tua- harus lebih dulu memiliki kegemaran membaca, agar ajakan yang luhur dan mulia ini bisa berpengaruh efektif terutama kepada anak-anak di rumah. Bukankah tak sedikit orang-orang yang sukses dan jadi orang besar berasal dari keluarga cinta baca ? Setiap orang tua perlu mengapresiasi
budaya baca dengan memberikan suri tauladan bagi keluarganya.
Sebuah langlah yang dimulai oleh Ziah dan teman-temannya, mungkin belum seberapa, namun kita berharap ini akan menjadi bola salju untuk menggairahkan minat baca. Bahkan Ziah memiliki banyak manfaat sekaligus, menumbuhkan minat baca, mendapatkan ilmu dari buku yang dibaca dan juga memiliki penghasilan tambahan. Mau mencoba? []

Tuesday 21 October 2008

Imajinasi dan Mimpi


Penelitian menunjukkan, semakin spesifik dan menantang suatu tujuan atau harapan, semakin efektif untuk memotivasi seseorang atau kelompok. Visualisasi adalah upaya untuk membayangkan tujuan dengan sejelas-jelasnya dan sedetail mungkin, sehingga seolah-olah tujuan itu telah terwujud.

Visualiasi persis seperti kita menonton film di TV, membayangkan seolah-olah yang kita tonton itu benar-benar terjadi, sehingga pikiran dan perasaan kita ikut hanyut dalam cerita film tersebut. Atau seperti mimpi yang kita alami ketika tidur, seolah ia menjadi nyata terjadi.

Coba Anda bayangkan syukuran perkawinan Anda yang ke-25. Bayangkan sebuah acara syukuran yang semarak, dimana teman-teman, orang-orang yang Anda cintai, dan kolega-kolega Anda dari segala penjuru tempat yang Anda singgahi dalam hidup Anda datang untuk mengatakan rasa hormat mereka. Bayangkan serinci mungkin, sejauh Anda bisa. Tempatnya, orang-orangnya, dekorasinya, dll. Ketika Anda membayangkannya, Anda sebetulnya melakukan visualisasi.

Anda bisa menggunakan cara visualiasi ini untuk menentukan tujuan Anda. Dengan melakukan visualisasi terhadap tujuan yang akan diraih, motivasi akan muncul. Semakin jelas, spesifik dan menantang visualsiasi yang Anda lakukan, semakin kuat motivasi yang akan muncul.

Visualisasi berbeda dengan mengkhayal. Jika mengkhayal atau melamun, berarti membayangkan sesuatu tanpa tujuan, abstrak dan melompat-lompat. Maka visualisasi berarti membayangkan sesuatu yang akan dituju. Visualiasi adalah membayangkan sesuatu dengan konkrit dan sistematis, sehingga muncul sebuah ”cerita” di benak kita. Persis seperti seorang penulis fiksi menuliskan sebuah cerita fiktif.

Mengkhayal dan melamun tak banyak manfaatnya dalam menumbuhkan motivasi seseorang. Sebab dengan lamunan, seseorang tak dapat membayangkan masa depannya dengan jelas. Berbeda dengan visualisasi.

Jika Anda membaca biografi para pemimpin, pengusaha, peneliti dan orang-orang ternama lainnya, Anda dapat melihat bahwa visualisasi menjadi salah satu faktor yang membuat mereka termotivasi untuk sukses. Sebagai kitab pedoman orang muslim, Al Quran banyak memakai teknik visuliasi ketika berbicara tentang syurga dan neraka, sehingga orang yang sering membaca Al Quran dapat membayangkan betapa nikmatnya syurga dan betapa betapa sengsaranya neraka.

Melakukan visualisasi berarti memerintahkan otak kita bekerja untuk mebayangkan sesuatu. Kita tidak mungkin melakukannya jika otak kita tidak membayangkan sesuatu.

Analogi mudah untuk visualisasi adalah mimpi. Bukan mimpi sebagai bunga tidur, namun impian berupa sebuah cita-cita, harapan, asa!

Mimpi mampu memberikan kita motivasi untuk berencana, bertindak, dan mengatur strategi. Dengan memiliki mimpi kita terpacu berusaha memulai langkah pertama menuju sukses yang kita impikan. Misalnya: para peserta kontes idola, pasti memiliki mimpi untuk menjadi pemenang, atau paling tidak masuk ke babak final dan tampil di televisi. Mimpi ini memotivasi mereka untuk pergi ke lokasi pendaftaran, mempersiapkan diri dengan berlatih sebelum audisi dimulai, sampai akhirnya, bagi yang mampu menembus audisi, bisa melanjutkannya ke tahap menyanyi dan tampil di panggung untuk ditonton jutaan penduduk Indonesia.

Impian kita tentang masa depan haruslah berorientasi kepada perubahan. Tanpa mimpi tak akan ada perubahan. Mimpilah yang membuka jendela ke perubahan positif di masa depan. Melalui mimpi kita bisa melihat masa depan yang bagaimana yang ingin kita ukir. Hari depan yang kita lukis dalam benak kita. Gambaran perubahan positif di masa depan inilah yang akhirnya mendorong kita mewujudkan perubahan tersebut. Semua yang ada di dunia mengalami 2 kali penciptaan. Diawali dengan disain, gambaran atau angan-angan.

Hal ini juga yang dialami Bill Gates dengan kerajaan Microsoftnya yang merevolusi penggunaan perangkat komputer yang ringan dan murah atau Michael Dell, dengan kerajaan Dell Computersnya yang merevolusi perakitan komputer yang murah dan meriah, serta Walt Disney dengan kerajaannya di bidang mainan dan animasi yang mengubah paradigma film kartun dengan meluaskan jangkauan pengaruh film animasi sampai ke taman hiburan Disneyland, yang pada awalnya berada di luar bayangan banyak orang.

Nah, bagaimana dengan Anda, sudahkah Anda memiliki imajinasi dan mimpi untuk pekerjaan Anda? Bagaimana imajinasi dan impian Anda tentang perusahaan tempat Anda bekerja, akan seperti apa kelak, atau akan menjadi apa Anda di masa datang dengan pekerjaan ini? Sudahkah Anda mempersenjatai mimpi Anda dengan berbagai kekuatan yang nantinya mampu mendorong Anda mewujudkannya?

Selamat bermimpi dan sukses untuk kita semua.[]

Tuesday 14 October 2008

Belajar dari Laskar Pelangi



Menonton film Laskar Pelangi memaksa saya beberapa kali menitikkan airmata. Bukan karena sedih karena meninggalnya Pak Harfan, sang kepala sekolah yang berdedikasi tinggi. Atau ketika ayahnya Lintang yang seorang nelayan meninggal saat sedang melaut. Namun saya terharu dengan semangat orang-orang yang ditokohkan dalam film ini dalam berjuang dalam belajar mengajar. Sebuah semangat yang sedikit demi sedikit milau memudar.

Film yang saat ini sedang diputar di bioskop-bioskop diseluruh Indonesia ini diangkat dari sebua novel laris karya sang fenomenal, Andrea Hirata. Ia seorang karyawan sebuah perusahaan telekomunikasi yang namanya dikenal di seluruh nusantara karena karyanya dalam dunia sastra. Novel-novelnya memenuhi hampir seluruh toko buku di negeri ini.

Dalam kisah ini diceritakan perjuangan 10 orang anak desa di Belitong, salah satu wilayah di Kepulauan Bangka Belitung. Lintang, Ikal, Mahar, Sahara dan keenam temannya adalah gambaran anak-anak desa yang ingin pendidikan murah di salah satu pulau terkaya di Indonesia itu. Mereka dididik oleh seorang guru berdedikasi tinggi, Bu Muslimah, dan seorang kepala sekolah yang pandai memotivasi anak-anak muridnya, Pak Arpan.

Semangat belajar. Itulah hikmah yang saya petik dari film ini. Sebuah motivasi yang harus selalu tertanam dalam diri kita dan bangsa ini. Semangat untuk senantiasa melakukan upgrade diri sendiri. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kita.

Belajar memang satu hal yang penting dalam kehidupan kita. Sepanjang waktu kehidupan adalah waktu untuk belajar. Long life education. Belajar bisa dilakukan dengan mengikuti pelatihan, seminar, talkshow dan acara training di perusahaan. Atau mengikuti pelajaran formal, kuliah, kursus atau mengikuti penjenjangan edukasi lainnya.

Dalam agama diajarkan konsep belajar seumur hidup. Belajar dari buaian sampai liang lahat. Bahkan mengingat pentingnya belajar ini, sebuah pepatah Arab menyebutkan belajarlah meskipun harus ke negeri Cina. Tidak ada batasan waktu maupun tempat untuk belajar.

Andreas Harefa menyindir kita agar mau ’Menjadi Pembelajar Sejati’ bukan hanya mengandalkan belajar formal. Justru tidak kalah penting adalah belajar dari pengalaman dan kehidupan keseharian kita adalah kelas pembelajaran yang tiada batas.

Rasulullah Muhammad memulai perubahan besar dengan mendidik para sahabat melalui proses panjang tarbiyah. Inilah pendidikan besar berjenjang yang ia lakukan untuk membentuk pribadi berkualitas itu. Sehingga hasil yang dicapai sungguh menakjubkan. Perubahan besar itu dimulai disana. Kemajuan teknologi dan peradaban. Demokratisasi, kemajuan berfikir dan melepaskan diri dari kejahilan.

Kita seharusnya senantiasa memiliki kemampuan adaptasi dan cakap teknologi. Luwes dan tidak kuper. Merespon perubahan dengan cepat dan tepat. Mengetahui dan menyelesaikan persoalan dengan bijak Semuanya berawal dari belajar. Maka marilah kita belajar mulai dari sekarang. Dan jadilah pemelajar sejati.

Jika dalam Laskar Pelangi, Lintang harus naik sepeda dari pesisir pantai dan dijalan sering dihadang seekor buaya besar tapi ia menjadi anak yang cerdas, berwawasan luas dan kemampuan berhitung melebihi kalkulator. Bu Muslimah yang rela dan tetap semangat mengajar meskipun hanya mendapat upah beberapa kilo beras. Pak Harfan yang selalu memompa semangat anak didiknya agar selalu berusaha untuk mencapai keberhasilan. Mereka dengan semngat tinggi menuntut ilmu di sebuah bangunan yang lebih jelek daripada kandang kambing.

Bagaimana kita yang saat ini memiliki fasilitas belajar jauh melampaui kondisi tersebut? Media belajar yang tersebar di sekililing kita. Teknologi yang mudah diakses oleh semua orang. Kenapa kita tidak belajar dari Laskar Pelangi, untuk menjadi pemelajar sejati? []

Tuesday 19 August 2008

Datanglah Lebih Awal, Pulanglah Lebih Lambat

Jika Anda ingin menjadi orang yang pertama dalam perusahaan, mulailah berlatih dengan menjadi orang pertama dalam pekerjaan. Orang yang terlambat bekerja mengesankan bahwa ia adalah orang yang tidak menyukai tugasnya. Paling tidak, demikianlah yang terlintas dalam benak atasannya.

Coba Anda renungkan sejenak, bagaimana Anda bisa terlambat dalam bekerja, padahal untuk menonton bioskop saja Anda harus datang tepat waktu. Anda juga tahu resikonya jika terlambat datang ke stasiun kereta api atau pool bis yang biasa Anda tumpangi untuk pulang di akhir pekan. Apa yang terjadi jika Anda datang terlambat ke kantor atau menghadiri rapat yang telah dijadwalkan?

Biasakan untuk datang di awal waktu, karena dengan demikian Anda akan memiliki nilai lebih dibanding karyawan lainnya.

Sebaliknya hindari berada di kantor hingga lebih dari jam sepuluh malam setiap harinya. Sebab, itu bisa menunjukkan bahwa Anda kurang efisien dalam menggunakan waktu kerja, tidak mampu berkonsentrasi dengan baik atau memiliki kehidupan yang memprihatinkan.

Sebaiknya tinggalkan kantor setengah jam lebih lambat atau maksimal satu jam setelah teman-teman Anda pulang, kecuali ada sesuatu yang benar-benar mendesak yang harus diselesaikan. Anda bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk merancang pekerjaan esok hari, menyusun jadwal kunjungan atau sekedar merapikan meja kantor. Dengan pulang sedikit lebih lambat dari sejawat, maka reputasi kerja Anda akan tetap terjaga.

Masih banyak waktu yang tersedia untuk karir Anda, sehingga amat disayangkan jika Anda setiap malam menghabiskan waktu di kantor. Gunakanlah waktu yang cukup untuk bersama keluarga atau lingkungan sosial. Luangkan juga waktu untuk menambah pengetahuan, kuliah lagi atau menghadiri acara kerohanian.

Dengan datang setengah jam lebih awal dan pulang setengah jam lebih akhir daripada teman-teman Anda setiap hari, maka Anda telah menambah waktu kerja 1 jam sehari untuk perusahaan, dan itu sama dengan dua ratus lima puluh jam setahun atau satu setengah bulan kerja tambahan yang Anda dedikasikan untuk perusahaan.
Bisa jadi, dengan cara demikian Anda telah mengkompensasi waktu-waktu pada jam kerja yang Anda gunakan untuk mengurus keperluan pribadi di bank, membawa mobil Anda ke bengkel, ijin ketika ada keperluan mendadak dan lebutuhan lain yang selalu kita temui dalam hari-hari kerja kita. []99